Binatang pada umumnya mampu melihat dan mengenal dirinya dan dunia sekitarnya, berbekal dari pengetahuan ini binatang berupanya mendapatkan apa yang diinginkannya, dan karena manusia adalah binatang maka hal tersebut juga berlaku bagi manusia, namun pada manusia kualitas tersebut lebih dari binatang yang lainnya.
PENGETAHUAN DAN KEINGINAN BINATANG
Pengetahuan binatang hanyalah melalui indra, khayalan dan wahmi, sehingga:
1. DANGKAL
2. PARSIAL dan KHUSUS
3. REGIONAL(terbatas pada wilayah tertentu),
4. TERBATAS SAAT SEKARANG
Seperti pengetahuannya, maka keinginannya juga tidak terlepas dari
1. MATERI,
2. INDIVIDUAL IS
3. REGIONAL
4. SEKETIKA
Jika kita mendapatkan binatang di luar dari batas ini, itu terjadi bukan kerana kesadarannya tapi lebih karena naluri yang telah di tetapkan pada penciptaannya.
PENGETAHUAN DAN KEINGINAN MANUSIA
Ketika kita mengamati diri kita sendiri, maka selain ketiga fakultas pengetahuan yang dimiliki hewan, ternyata manusia masih memiliki satu fakultas pengetahuan yang tidak di miliki binatang lain yaitu AKAL . Sehingga manusia bisa mengatasi batasan –batasn pengetahuan seperti yang terjadi pada binatang yang lain. Manusia mampu menegetahui segala sesuatu secara mendalam dan mendapatkan kan hukum universal yang berlaku di balik realitas yang dipahaminya, manusia juga mampu memahami sejarah sebelum ia lahir dan masa depan, memahami tata surya, dll
Dari sudut pandang keinginan manusia sungguh luar biasa, manusia adalah MAKHLUK yang IDEALISTIS, cita – citanya tinggi, sasaran yang ingin di capainya non materi, tidak terbatas pada diri dan keluarnganya, juga pada tempat dan waktu tertentu.
Manusia begitu idealistis, sampai – sampai dia sering mengutamakan keyakinannya (akidah dan ideologinya) dari nilai lainnya. kita pernah dengar nama rachel corrie yang memilih untuk wafat dibawah buldoser israel ketika israel ingin menghancurkan sebuah rumah rakyat palestina, semoga tuhan membalas amal ibadahnya, amien. Segi manusiawi dari budaya manusia yang dianggap sebagai roh sejati budaya tersebut merupakan hasil dari perasaan dan keinginan seperti ini.
DASAR DARI KARAKTER MANUSIA
Manusia dari pertama hingga kini telah memiliki pengetahuan dan pemahaman laus tetang dunia, yang kemudian dikumpulkan dan disistematikan dan di kenal dengan istilah “ILMU” yang dalam arti luas yaitu jumlah seluruh gagasan manusia tentang alam semesta
Kecendrungan spritual dan kesadaran manusia ada karena manusia mempercayai realitas-realitas tertentu di dunia ini, dan dedikasinya terhadap realitas tersebut. Realitas ini bersifat komprehensif dan umum serta non materi, yang merupakan hasil dari pengetahuan dan pemahaman tertentu tentang dunia yang disampaikan oleh nabi/ di lahirkan oleh pemikir idealistis.
Kecendrungan spritual dan suprahewani lebih tinggi yang ada pada manusia, jika dasarnya adalah infrastruktur doktrinal dan intelektual, memakai nama agama, maka perbedaan menadasar manusia dan makhluk hidup lainnya adalah PENGETAHUAN DAN AGAMA.
Sudah banyak yang membahas perbedaan mendasar manusia dan binatang lainnya. sebagian berpendapat tidak memiliki perbedaan mendasar, hanya pada kuantitas atau kualitas.
Thomas hobbs mengatakan “dari sudut pandang keinginan dan hasratnya manusia tidak lebih dari binatang lainnya.”
Teori descartes berbunyi, “perbadaan utama manusia dan yang lain adalah perbedaan kehidupan, manusia satu-satunya binatang yang sepenuhnya hidup, binatang yang lain tidak memiliki perasaan, tidak mengenal suka dan duka. Binatang yang lain hanyalah mesin-mesin yang setengah hidup. Jadi defenisi manusia adalah makhluk hidup.
Dari pendapat diatas kita melihat bahwa fokus yang mereka amati adalah satu karakteristik manusia. Itulah mengapa manusia didefenisikan dengan banyak cara yang berlainan, binatang rasional, idealis, berkehendak dll.
Semua keterangan itu benar, di lihat dari kualitas esensialnya masing-masing, tapi untuk mendapatkan ungkapan yang mencakup semua perbedaan mendasarnya maka kita katakan manusia = BINATANG BERPENGETAHUAN DAN BERAGAMA.
APAKAH SISI MANUSIAWI MANUSIA ITU SUPRASTRUKTURAL?
Manusia memiliki kehidupan ganda: kehidupan binatang/material dan kehidupan manusia/budaya. Dari sini muncul pertanyaan apa hubungan antara segi manusiawi dan binatang pada manusia? Dan pertanyaan semacammnya.
Dewasa ini, pertanyaan seperti itu diajukan dari sudut pandang sosiologis dan psikologis. Itulah sebabnya pembahasannya di seputar apakah antara karakteristik sosial manusia, kecendrungan ekonominya yang berhunbungan dengan produksi dan hubungan produksi lebih penting dari karakteristik lain manusia, khususnya yang mencerminkan sisi manusiawinya, dan apakah hal itu hanya lah suprastruktur dari karakteristik ekonominya? Pertanyaan lain yang juga berkaitan, apakah betul filsafat, ilmu, sastra, agama, hukum, etika, dan seni pada setiap zaman hanya merupakan perwujudan dari hubungan ekonomi pada zaman itu dan tidak memiliki nilai intrinstiknya sendiri?
Sekalipun pertayaan ini di ajukan dalam sudut pandang sosiologi, namun pembahasannya membawa hasil psikologis dan pembahasan filsafat tentang karakter manusia atau “humanisme”. Pada umumnya kesimpulannya bahwa segi manusiawinya tidak penting. Yang penting adalah segi hewani manusia.
Kesimpulan teori ini tidak hanya menolak pentingnya kecendrungan manusia pada realisme, kebajikan, keindahan, dan kepercayaan pada ALLAH, namun juga menolak pentingnya pendekatan rasional manusia terhadap dunia dan kebenaran. Yang mengherankan bila sebagian mazhab teori bahwa manusia adalah binatang, secara serempak mereka berbicara segi manusiawi dan humanisme juga.
Fakta bahwa perjalanan evolusioner manusia berawal dari sisi hewaninya dan bergerak menuju sisi manusiawinya. Prinsip ini berlaku untuk individu dan masyarakat. Roh (Spirit) manusia lahir dari dalam alam tubuh manusia, dan kemudian menjadi mandiri. Sisi hewani manusia merupakan saranan tempat segi manusiawi manusia berkembang dan matang.
Karakteristik evolusi adalah semakin berkembang suatu makhluk, semakin mandiri dan efektiflah dia, dan dia pun kan semakin mempengaruhi lingkungannya. Ketika sisi manusiawi manusia berkembang, sebenarnya sisi ini telah menuju kemandirian dan mengendalikan aspek lainnya. arti berkembang adalah bahwa dia telah merdeka dari dominasi lingkungan batiniah dan lahiriahnya, dan memiliki dedikasi kepada akidah dan agama, pada wilayah individu.Sedangkan pada wilayah masyarakat, teorinya persis sama dengan teori evolusi roh dalam tubuh. Perkembangan masyarakat terutama berawal dari ekonomi, aspek budaya dan spritual sinonim dengan jiwa masyarakat.
Karena jiwa dan tubuh saling mempengaruhi, maka sistem spritual dan material juga terjadi hubungan sama. Kalau evolusi individu berarti individu berjalan menuju kemenrdekaan, kemandirian, dan supremasi jiwa yang semakin besar, maka evolusi masyarakat seperti itu juga. Artinya masyarakat yang semakin berkembang, maka budayanya semakin tidak tergantung pada material.
Tentu saja hal ini, tidak mengatakan bahwa manusia secara niscaya menapaki garis lurus menuju kesempurnaan nilai kemanusiaannya, dan juga tidak berarti setiap tahap waktu lebih maju dari waktu sebelumnya.
Sesungguhnya dari sudut pandang material dan spritual, manusia pada umumnya berjalan kedepan. Akan tetapi gerak spritualnya tidak selalu di garis yang lurus, kadang berhenti, kekiri,kekanan, balik kebelakang. Tapi secara umum evolusinya menuju kedepan, maka manusia moderen adalah manusia beragama dan berpengetahuan, bukan manusia yang mengejar kenikmatan jasmani.
Menurut pandangan ini, meskipun realitas manusia muncul bersamaan dengan alam evolusi material dan hewanianya, namun realitas ini sama sekali bukan cermin/tunduk dari perkembangan materialnya. Itu adalah sebuah realitas independen dan progresif. Sekalipun dipengaruhi oleh aspek materialnya, namun realitas ini mempengaruhinya juga. Yang menentukan tujuan akhir manusia adalah evolusi budayanya dan realitas manusiawinya, bukan evolusi alat produksi. Realitas manusiawinya lah yang dalam evolusinya menyebabkan alat-alat produksi berkembang bersama berkembangnya urusan lain manusia. Tidak betul bahwa alt produksi berkembang secara otomatis, dan bila sisi manusiawi mengalami perubahan akibat berubahnya alat yang mengatur sistem produksi.
SO…….. dengan sedikit berlagak sok paham dengan tema pembahasan ini, ku coba menyimpulkan bahwa
1. manusia memiliki dua sisi, yaitu sisi hewani dan sisi manusiawinya.
2. Selama sisi manusiawinya manusia tidak teraktual maka ia hanyalah binatang yang sedikit lebih gagah dari monyet. atau meminjam pernyataan alquran “mereka lebih rendah dari binatang ternak”1
3. Subtansi dari sisi manusiawi manusia adalah BERPENGETAHUAN DAN BERAGAMA
4. Sisi manusiawinya manusia adalah sebuah potensi yang akan teraktual dengan kehendak, dan ketika ditumbuh kembangkan ia mampu untuk menguasai sisi hewani manusia dan lingkungannya. Pada fase ini baru manusia bisa dikatakan MANUSIA . bukan lagi BINATANG YANG HANYA SIDIKIT LEBIH GAGAH DARI MONYET
*1 cari sendiri ayatnya dalam alquran, maklum susah diingat letak pastinya dlm alquran, tp klu and abaca semua alquran, saya jamin anda aken mendapatkannya
Sebuah ringkasan dari buku murtadha muthahari
manusia dan alam semesta (bab I manusia dan binatang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar