Cukup sudah delapan tahun indonesia mengarungi halaman baru dalam sejarah panjangnya.
Hari tadi, Sejumlah orang yang mendeklarasikan dirinya anak kiri kembali turun ke jalan teriakkan kebebasan, keadilan dan kemanusiaan, tapi aku tidak ikut dalam barisan itu.Ada segudang masalah di kepalaku yang menguras energi yang tersissa di tulang iga ku, alasan ku tidak turun bareng.
Segudang masalah? Oh iya mungkin segudang masalah? Atau sesuatu yang dipermasalahkan? Aku tidak tahu pastinya, karena tidak ada kepastian di tangan manusia kecuali sadarnya ia akan ketiadaannya.
Aku pernah mencarimu pada lembaran-lembaran yang tebal
Ku pun pernah menggusap debu dengan wajahku
Ku pernah mengulang teradisi moyang ku walau itu bukan di gelapnya alam
Kemudian kuturun dijalan untuk mencarimu diselah kerisis yang ada
ku bergetar ketika mata mampu untuk menggariskan batasan pandangannya pada angkasa yang jauh
namun di jalan pun jejak kakimu tak nampak
ku takut peristiwa 8 tahun di negeri yang edan ini berlaku pada mu
atau tragedi yang lebih sadis
hingga rasa binatang yang menyesakkan dada ini teriris hingga ku teriakkan kemanusiaan agar mereka pun terluka bersamaku
kan ku biarkan mereka terbakar dan kan ku tinggalkan mereka di garis depan
begitu mudah wajahku menipu mereka
begitu merasa beningnya hati mereka sehingga terang dan gelap tak mampu ia bedakan intesitas cahyanya
kini aku di belakang mereka asik menikmati suguhan yang telah ku rekayasa
suara tembakan terdegar oleh ku dan sejalan kemudian pekik kesakitan terdengar diselah riuhnya teriakan amarah yang buta
dan aku….
di bawah kolong langit terbaring jiwa dalam raga
para pemuda dan anak di gaza tetap terjaga
tertunduk penuh kekhusukan di hamparan zaha