HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA
Pada bab 1 di jelaskan hubungan sisi manusiawi dan hewani manusi, dimana sisi manusiawi manusia independen dan bukan sekedae cermin dari sisi hewaninya, dan juga dijelasskan pada sisi manusiawi manusia ada dua hal yang penting yaitu pengetahuan dan agama, sekarang mari kita telaah keterkaitan dua hal tersebut.
Di dunia Kristiani, sayangnya, bagian – bagian tertentu dari Perjanjian Lama mengajukan gagasan, bahwa terjadi kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama. Dari dasar gagasan ini adalah Kitab Kejadian, Perjanjian Lama.
Dalam meriwayatkan “kisah adam dan pohon terlarang”, kitab kejadian, bab II, ayat 16-17. Dimana tuhan memberikan keleluasanan pada adam untuk memakan buah dari seluruh pohon di surga kecuali buah pohon pengetahuan tentang kebaikan dan keburukan, dengan alasan adam akan mati jika melakukannya.
Dalam bab II ayat 1-7, naga menghasut wanita (istri adam) bahwa tuhan melarang mu memakan buahnya karena tuhan tahu jika kau memakannya , maka keduamata mu kan terbuka, kaupun kan seperti dewa, tahu mana yang baik dan buruk. Dan wanita itu pun terhasut, dan memakannya dan memberikan pada suaminya. Dan mata mereka pun terbuka dan mendapati diri mereka telanjang. Lalu mereka menjahit daun ara untuk pakaian mereka.
Pada ayat 22-23 pada bab yang sama, dan tuhan allah berfirman, “lihatlah, lelaki itu menjadi seperti kami, tahu yang baik dan yang buruk, dan seterusnya…
Menurut konsep ini semua isyarat buruk merupakan isyarat ilmu pengetahuan, dan nalar adalah iblis pemberi isyarat. Sebaliknya dari Al-Quran kita mendapatkan , bahwa ALLAH mengarkan semua nama(realitas) pada adam, kemudian menyuruh seluruh malaikat untuk sujud pada adam. Hadist” nabi menyebutkan pohon terlarang adalah pohon keserakahn, kekikiran, dan sisi hewani lainnya.
Konsepsi ini telah membagi sejarah budaya eropa selama 1500 tahun yang baru lalu menjadi dua priode, yaitu Zaman agama dan Zaman ilmu pengetahuan. Dan menempatkan agama dan ilmu pengetahuan bertentangan.
Sebaliknya sejara budaya islam dibagi menjadi dua, Zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan agama, dan Zaman ketika ilmu pengetahuan dan agama mengalami kemunduran.
Bagaimana kalau kita melakukan studi analisis terhadap masalah ini, kemudian kita akan melihat apakah kedua segi dari sis manusiawi ini hanya ada pada periode dan zaman tertentu, apakah pad setiap zaman manusia hanya mampu menjad isetengah manusia, dan selalu menderita akibat keburukan akibat kebodohannya atau kedurhakaannya.
Setiap agama didasari oleh pola pikir tertentu dan konsepsi khusus tentang kosmos. Banyak konsepsi dan intrepetasi tentang dunia, meskipun boleh jadi menjadi dasar agama, tidak dapat di terima karena tidak sesuai dengan prinsip rasional dan prinsip ilmu pengetahuan. Karena ini, maka pertanyaaan adalah adakah konsepsi tentang dunia dan intrepetasi tentang kehidupan yang rasional dan sekaligus sesuai dengan infrastruktur agama? Jika jawabannya positif (ya) maka tidak alasan menganggap manusia selamanya ditakdirkan mengalami nasib buruk akibat kebodohan atau kedurhakaan.
Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam 2 sudut pandang.
1. Adakah agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau semua gagasan ilmiah itu bertentangan dengan agama. Ini akan di bahas dalam “konsepsi tentang kosmos”
2. Bagaiman keduanya itu berpengaruh pada manusia?
Mari kita liat sumbansi ilmu pengetahuan dan agama untuk kita
Ilmu pengetahuan |
Memberi cahaya n kekuatan |
Membantu mencipta peralatan n memepercepat kemajuan |
Membawa revolusi lahiriah |
Menjadikan dunia ini dunia manusic |
Melatih tempramen manusia |
Memperindah akal n pikiran |
Melindungi dari banjir, dll |
Mengharmonisasi dunia dgn manusia |
Member kekuatan yang putus” |
Agama |
Member cinta, harapan n kehangatan |
Menetapkan maksud upaya manusia, n mengarahkannya |
Membawa revolusi batiniah |
Menjadikan kehidupan ini kehidupan manusia |
Membuat manusia mengalami perubahan |
Memperindah jiwa n perasaan |
Melindungi dari keresahan, dll |
Menyelaraskan manusia dgn dirinya |
Member kekuatan yang berkesinambungan |
Dr. Muh. Iqbal berkata “dewasa ini manusia membutuhkan tiga hal: 1. Intrepetasi spiritual tentang alam semesta, 2. Kemerdekaan spiritual, 3. Prinsip-prinsip pokok yang memiliki makna universal yang mengarahkan evolusi masyarakat manusia yang berbasiskan rohani”
Dari sini eropa modern membangun sebuah system yang realistis, namun pengalam memperlihatkan bahwa kebenaran yang diungkapkan dengan menggunakan akal saja tidak mampu member semangat yang terdapat pada keyakinan yang hidup. Semangat itu hanya dapat di peroleh oleh pengetahuan personal yang diberikan oleh factor supranatural (wahyu). Idealisme eropa tidak pernah menjadi factor yang hidup dalam kehidupan eropa, dan hasilnya hanya ego yang sesat, yang melakukan upaya demokrasi yang saling tidak bertoleransi, hanya mengekspolitasi kaum miskin untuk kepentingan kaum kaya.
Eropa dewasa ini, paling merintangi jalan kemajuan akhlak manusia. Dasar dari gagasan tinggi kaum muslim itu adalah wahyu. Bagi kaum muslim, basis spiritual dari kehidupan merupakan masalah keyakinan. Demi keyakinan inilah seorang muslim yang kurang tercerahkan dapat mempertaruhkan jiwanya.
Will Durant, meskipun ia bukan orang religious, berkata “beda dunia kuno/purba dan dunia mesin baru hanya pada sarana, bukan pada tujuan. Bagaimana menurut anda jika ternyata cirri pokok seluruh kemajuan kita adalah peningkatan metode dan sarana, bukan perbaikan tujuan dan sasaran?”
Dia juga mengatakan “harta itu membosankan, akal dan kearifan hanyalah cahaya redup yang dingin. Hanya dengan cintalah, kelembutan yang tak terlukiskan dapat menghangatkan hati.”
Kini disadari bahwa saintsisme (murni pendidikan ilmiah) tidak mencetak manusia seutuhnya. Hanya mencetak setengah manusia., manusia unilateral, sehat dan kuat tapi bukan manusia multilateral dan bajik. Masyarakat sekarang terancam dengan terjadinya kekosongan idealitas, beberapa orang ingin mengisinya dengan filsafat, seni/sastra, dan ilmu-ilmu humaniora (ilmu yang mempromosikan kesejahtraan manusia).
DAPATKAH ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA SALING MENGGANTIKAN TEMPAT MASING-MASING?
Telah diketahui antar ilmu pengetahuan dan agama tidak mengalami pertentangan tapi saling mengisi. Sekarang kini timbul pertanyaan lagi: Mungkinkah keduanya mengisi tempat masing-masing?
Jelas bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat menggantikan peran agama, karena agama memberikan kasih saying, harapan, cahaya, dan kekuatan. Agama meninggikan nilai keinginan kita, di samping membantu kita mewujudkan tujuan kita, menyingkirkan unsur egoism dan individualism dari keinginan dan ideal kita, dan meletakkan keinginan dan ideal kita itu diatas fondasi cinta dan hubungan moral serta spiritual. Selain menjadi alat bagi kita, pada dasarnya agama mengubah hakikat kita. Begitu pula agama tidak bias menggantikan peran ilmu pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan kita mampu mengenal hukum alam, dan kita pun bias mengenal siapa diri kita sendiri.
Sejarah membuktikan, pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama menyebabkan kefatalan. Agama harus dipahami dengan memperhatikan ilmu pengetahuan, hingga mitos tidak menghinggapi agama.
Agama tanpa ilmu pengetahuan, berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, agama kan menjadi alat bagi orang pandai yang munafik.
Ilmu pengetahuan tanpa agama, ibarat pedang yang tajam di tangan pemabuk yang kejam, atau lampu ditangan pencuri.
Dapatlah dikatakan bahwa karena ilmu pengetahuan adalah cahaya dan kekuatan, maka penerapannya pada dunia material tidaklah khusus. Ilmu pengetahuan mencerahkan dunia spiritual juga, dan konsekuensinya memberikan kekuatan bagi ilmu pengetahuan dapat mengubah dunia spiritual kita. Artinya ilmu pengetahuan dapat menunaikan tugasnya sendiri yaitu membentuk dunia dan juga tugas agama, yaitu membentuk manusia. Apapun yang dilakukan manusia, dengan bantuan ilmu pengetahuan dia dapat melakukannya dengan lebih baik.
Jadi alat digunakan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sekarang pertanyaannya adalah, dengan dasar apa tujuan itu ditetapkan?
Seperti yang kita ketahui, pada dasarnya manusia adalah binatang. Sisi manusiawinya merupakan kualitas yang diupayakan. Artinya perlu ditumbuh kembangkan secara bertahap dengan agama. Pada dasarnya manusia berjalan menuju tujuan egoistis dan hewaninya. Tujuan ini material dan individualistis sifatnya. Untuk mencapai tujuan ini manusia memanfaatkan alat yang ada pada dirinya. Karena itu, dia membutuhkan kekuatan pendorong, kekuatan pendorong ini bukan tujuannya dan bukan juga alatnya. Dia membutuhkan kekuatanyang dapat meledakkan dari dalam, dan mengubah kemampuan terpendammnya menjadi tindakan yang nyata. Dia membutuhkan kekuatan yang dapat mewujudkan revolusi dalam hati nuraninya dan memberinya orientasi baru. Tugas ini tidak dapat dilaksanakan dengan pengetahuan tentang hukum yang mengatur manusia dan alam beserta isinya. Namun tugas ini baru dapat dilaksanakan jika dalam jiwa manusia tertanam kesucian dan arti penting nilai-nilai tertentu. Untuk tujuan ini manusia harus memiliki beberapa kecendrungan yang mulia. Kecendrungan seperti ini ada karena cara piker dan konsepsi tertentu tentang alam semesta dan manusia. Cara piker dan konsepsi ini, dan muatan dimensi dan bukti cara pikir dan konsepsi tersebut, tidak dapat diperoleh di laboratorium, dalam artinya diluar jangkauan ilmu pengetahuan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar