Di ujung sebuah kota ternama di pusat kota Makassar, santos membiarkan tubuhnya diraba angin malam kota yang penuh gemerlap. Sendiri mencoba melewati realitas kehidupan yang begitu keras dengan mencoba membuat dunianya sendiri . ia mencoba memisahkan diri dari keramaian malam dan bersama kesendirian ia mencoba berbagi. Ia membiarkan pikiran menembus batas khayalnya, dan kian jauh terbang dengan acak kemasa lalu, masa depan dan saat ini pada waktu itu juga.
Santos kian larut dalam kesendirian hingga ia mendapatkan dirinya tuk ia temani berbicara
malam minggu.........
ntah berapa kali malam ini berlalu n kembali dalam waktu lain di kehidupan ku yang sebentar lagi masuk pada hitungan 24 kali putaran mentari menggelilingi bumi sejak ibuku bermandikan peluh saat alam menyaratkan tuk aku keluar dari rahim kasihnya. ntah lah sudah keberapa kalinya ia menemani malam ku,... yang jelas malam ini malam minggu kembali datang, dan tenang... sebagai pemuda ku tak kan sendiri melewati malam yang biasa di jadikan sebuah klasifikasi strata sosial di kalangan pemuda, apakah ia melewatinya sendri atau tidak... malam ini nikotin dan cafeiin masih setia menemaniku, melebihi kesetian karbohidrat cs dalam aliran darah dan tarikan nafas ini.
Sekitar satu jam yang lalu, tepatnya pada pukul 23.?? aku chat ma teman lama, mungkin lebih tepatnya saudara tak sedarah. Awalnya asik main pukul-pukulan di level 33 N S, kemudian beralih ke meja kartu. Dan setelah bosan main, atau lebih tepatnya syarat tuk mainnya tidak lagi memenuhi, aku iseng chat n koment status, mungkin pengalihan wujud kekalahan pertarungan keberuntungan di meja kartu. Yah itu lah permainan, dan tidakkah hidup ini memang hanya sekedar permainan saja. Mengutip sebuah pesan dari kitab suci orang yang tersucikan. Tapi mungkin kutipannya tidak terlalu relevan.heheheee. terlalu kotor tuk makna suci di balik kalimat tersebut, namun yakin ku tak ada tepat sekotor apapun tanpa basuhan cahaya kesucianNya. Yah sudah lah. Agaknya lontaran katanya sudah mulai keluar dari pusat gravitas yang ingin tertulis.
Aku menyapa duluan, “kenapa cepat sekali keluar”.
“tadi mainnya ke bawa emosi” jawab dari ujung sana.
“kau iya nda main” sambungnya sebelum sempat mengomtari nya dengan logat daerah yang kental.
“nda deh… kayaknya lagi nda hoky… kalau di terusin ntr jadi habis”. Jelasku padanya.
“sudah jie mandi wajib kah”. Balasnya agak ngawur. Tapi memang kenyataan dunia modern kadang di penuhi mitos, beberapa kali aku melihat fenomena tersebut di seputaran putaran meja tersebut.
“mana mau mandi wajib, mimpi basah saja belum.” Jawabmu nyeleneh
“pantasan sial, belum mandi wajib sih” katanya menjelaskan mitosnya.
“nda mandi wajib, coz belum ada istri.” Tambah ku yang membawa obrolan tambah ngawur di iringi tawa.
“kalau nda ada istri, yah istrinya orang saja.” Balasnya, membuat kami berdua berhaha hihi karena kata-katanya menyinggung sepotong masa lalu.
“ada temanmu yang mau jual ngak?” tanyanya kemudian, membuat pembicaran kembali ke pembicaran semula.
“nda ada, temanku juga lagi cari dari kemarin tu.” Jawabku serius
“nda, maksudku istrinya orang?.” Balasnya sambil ketawa lagi
Hahahaaahahaaa. Tawaku pun meramaikan suasana malam. “bisa juga, cariakan dulu, kalau bukan S, Y lah!” timbalku yang tadi sempat kembali serius bicara kemudian kembali ngawur.
“Masa lalu yah sudahlah.” Katanya dengan nada sedikit mengejek ku.
“cari bede, ntr kalau dapat ku bayar pake modal.” Kata ku mulai memanasi dan menikmati aliran khayalan yang kian melayang.
Awalnya sih, ia nda mau, tapi karena santos terus-terus memprofokasi,
Akhirnya pukul 23.34, ghozaly, teman santos yang ditemani chat, berdiri di depan santos, sambil memberikan secarik kertas.
“ini alamatnya, sekarang kau kesana!” katanya dengan rasa bangga karena telah berhasil menjawab tantangan yang santos berikan.
Akhirnya santos menuju ke tempat yang ada di kertas itu, meninggalkan ghozaly sendirian. Dan …………
Nikotin yang mulai memenuni seluruh peredaran darah santos tak mampu menghentikan adrenalinnya yang berkecamuk. Sumpah!!! Tuk sekian selang waktu, baru kembali santos rasa adrenalinnya terpacu secepat ini, ketika berdiri dalam ruang dan waktu yang sama dengannya, saat melihatnya di berandanya.
Sebelumnya santos janji pada ghozaly, ini hanya sekedar iseng tak kan terulangi laku yang kemarin. Tapi walaupun ini sekedar fun saja, ada rasa pada diri santos yang dengan cepat memenuhi alam sadarnya yang berlari kencang dari alam bawah sadar yang telah tersimpan ditumpukan arsip berdebu. Ada dorongan yang teramat tuk menampakkan dirinya di depan salma, wanita yang membuat adrenalinnya kian berpacu, namun akalnya menahan langkahnya bergeser sesentipun ke depan. Mungkin ada baiknya ia hanya menatapnya dari keremangan malam dan membiarkan salma melalui harinya tanpa harus ada santos yang kembali memenuhi pikirannya setelah tujuh tahun berlalu dimana mereka tak lagi mencoba tuk saling berhubungan. Cukuplah banyangan salma yang menyatu dengan gelap malam yang ia sentuh.
Pertarungan pada medan jiwa santos terjadi, gelora yang berkecamuk ingin mengambil alih seluruh kendali diri santos, dengan terang-terangan ia ingin melanggar kesepakatan seluruh diri santos tuk hanya sekedar menatap salma setelah sekian lama tak menatapnya, namun akalnya yang telah menadari kesalahannya yang telah membiarkan kesempatan sedekat ini terjadi juga bersikeras tuk menundukkan gelora itu. Dan akhirnya gelora itu berhasil disiram dan dipadamkan.
Santos pun mulai membalikkan tubuhnya tuk beranjak kembali kea rah dimana ia memulai langkahnya, meninggalkan salma tanpa sempat membiarkan salma mengetahui kehadirannya. Namun belum cukup sepuluh langkah ia menjauh dari beranda dimana salma duduk menatap rembulan yang mulai purnama, suara yang lama tak ia dengarkan, mengetarkan gendang telinganya dan menghentikan langkahnya.
“santos, kau kah itu?”… suara yang mungkin biasa di telinga orang khalayak, tapi bagi santos suara itu melebihi nyanyian bidadari di atas dipan-dipan surgawi.
“benarkah itu kau?” suara itu kembali terdegar.
Sejenak jantung santos tak berdetak. Ketika suara itu menyapa hatinya. Kemudian santos berbalik menatap sumber suara itu. “iya, ini aku, santos.” Jawabnya santos mencoba sesantai mungkin.
“akankah kau berlalu tanpa menyapaku ketika kau telah berdiri sedekat ini denganku, setalah kau meninggalkanku disaat kumencoba melanggar seluruh aturan untukmu?” Tanya salma saat matanya menatap mata santos.
“aku tidak ingin mengusik lagi hidupnya setelah engkau memulai hidup barumu, aku hanya ingin membasuh lidah keriunduanku dengan menatapmu dari kegelapan malam bukan tuk sembuhkan dahaga kerinduanku, tapi hanya tuk sekedar merasakan tetesan bayangmu agar rindu ini kian terasa.” Jawab santos.
“kemarilah santos, walau jarak takkan terhapuskan tapi biarkan jarak itu kian dekat darimu.” Pinta salma.
Santos berjalan mendekat ke salma, dan keduanya duduk di tengah padang ilalang menatap rembulan. Walaupun bagi keduanya rembulan tak lagi mempesona ketika menyadari kehadiran yang lain. Mereka berdua membiarkan mulut mereka tetap rapat dan menikmati rasa yang bercampur dalam keheningan dalam diam. Hingga sebuah bayang anak perempuan terlihat mendekat kea rah mereka dengan cepat.
“ibu…ibu….” Terdengar suara dari seorang perempuan diselah nafasnya yang tak teratur karena berlari mendekati mereka berdua.
“kemari sri,… ibu disini….”kata salma pada anak kecil itu.
“ayah mencari ibu..” kata sri pada salma
“ibu,.. siapa om ini?” Tanya sri ketika menyadari kehadiran santos
“oh… ini om santos nak… sekarang kau kerumah sayang dan Tanya ayahmu sebentar lagi ibu kan masuk, katakan bahwa ibu lagi bersama om santos.” Jelas salma pada sri.
“iya bu, dan senang bertemu dengan mu om santos” kata sri sebelum berlalu meninggalkan mereka berdua.
Sejenak mereka memandangi anak kecil itu berlari dengan lincah menujuh rumahnya dimana ayahya berdiri mengawasinya.
“Dia cantik, sangat mirip denganmu salma” kata santos mencoba memecah kesunyian selepas anak itu berlalu.
“Dia darah dagingmu juga santos.” Kata salma datar tanpa melihat kea rah santos yang menatapnya.
“dia anakku????” kata santos dengan penuh keheranan
“iya… dia anakmu… anak yang ku kandung ketika aku sah sebagai istri seseorang,
anak yang menjadi alasan suami pertamaku menceraikanku,
anak yang tumbuh dirahimku saat kau meninggalkanku” kata salma dengan emosi yang bercampur.
Santos hanya terdiam mendengar kata-kata salma.
“kaulah pria paling payah dan tidak bisa diandalkan santos, makanya aku tak heran kau hanya akan diam mendengarkannya. Tapi maukah kau dengar sesuatu yang lebih tidak masuk akal”. Sambung salma sambil menatap santos yang hanya terdiam.
Dan tanpa menunggu tanggapan santos salma melanjutkan “begitu baik irfan mau menikahiku dan menafkahiku dan mengangap sri sebagai anaknya sendiri. Tapi tak sedikit pun hatiku tergetar olehnya.
Kau tau kenapa sri tak punya adik?... itu karena aku tak ingin disentuh oleh orang lain selain ayah kandung sri, dan irfan tak memaduku… tapi hati masih tak bergetar tuk membiarkannya masuk… tu karena hatiku telah dipenuhi olehmu santos.”
“sebelum irfan melamarku..kutelah menulis surat untuknya yang isinya
pintu itu tak pernah terkunci,
hanya ruangan yang inginmu tlah terisi
dingin terasa di sarafmu menatap penuh harap
seakan seluruh ruangan mengendap
bukan ingin abaikan hadirmu di depan pintu
hanya penghuni mabuk oleh jejak aroma itu
mungkin ada celah spasi ruangan ntukmu
hanya ruangan itu takkan terpenuhi wangimu
kini kaulah yang memilih langkahmu
selangkah lagi kedepan kau kan berada pada ruang itu
tapi mungkin pundakmu kan memikul derita pilu
atau irisan keabadian berpadu
atau berbalik arah dan berlalu
mencari kerajan dimana kaulah permaisuri
menari dalam ketunggalan pesonamu
sendiri menjelma pusat gravitasi
kaulah yang memilih
maka ayungkan langkah
karena terkadang senyum menyembuyikan derita
karena terkadang air mata menjelaskan bahagia
hanya ruangan yang inginmu tlah terisi
dingin terasa di sarafmu menatap penuh harap
seakan seluruh ruangan mengendap
bukan ingin abaikan hadirmu di depan pintu
hanya penghuni mabuk oleh jejak aroma itu
mungkin ada celah spasi ruangan ntukmu
hanya ruangan itu takkan terpenuhi wangimu
kini kaulah yang memilih langkahmu
selangkah lagi kedepan kau kan berada pada ruang itu
tapi mungkin pundakmu kan memikul derita pilu
atau irisan keabadian berpadu
atau berbalik arah dan berlalu
mencari kerajan dimana kaulah permaisuri
menari dalam ketunggalan pesonamu
sendiri menjelma pusat gravitasi
kaulah yang memilih
maka ayungkan langkah
karena terkadang senyum menyembuyikan derita
karena terkadang air mata menjelaskan bahagia
Dan dia melangkah masuk keruang itu.. namun hatiku tak sedikit pun bergeming.. bukan karena tak ada lagi hatiku, tapi hatiku telah di penuhi jejakmu santos. Walau ku tau kau tak bias di harapkan”
“inikah cinta, atau kebodohan, atau cinta itu kebodohan, aku tak tahu??””
Tapi sudahlah. Beranjaklah dan melangkahlah kearah yangberlawanan dengan langkahku, walau waktu kan berlalu tapi rasa ini takkan terhapus. Kan tetap kuhirup udara walaupun ia bagai belati yang mengiris tiap tarikannya.” Kata salma.
Mereka pun beranjak berlalu. Meninggalkan jejak yang tertutup gelapnya malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar