selamat datang di csevenr_juztmine..... abadikan kisah dalam tarian pena menggores lembaran... mengukir diri dalam pahaman tuk temukan manusia diantara kita

Selasa, 17 Agustus 2010

kemerdekaan tanpa kibaran merah putih

17 agustus 2010...........65 tahun lalu dimalam yang sama para bapak da pemerhati bangsa ini telah berdiri tegak menanti hitungan jam untuk menyatakan kepada dunia akan kemerdekaan sebuah bangsa yang besar pada penjajahan. Menjadi sebuah bangsa yang siap menentukan arah geraknya sendiri  menuju kesempurnaan manusia dalam lingkup sosialnya.

65 tahun yang lalu para pendahulu kita, telah memberikan segalanya untuk kebaikan segala yang ada di negeri ini. Kini setelah rentan waktu yang lama ini, diselah putaran waktu kita tumbuh di selah tanah katulistiwa yang subur ini. dan perlahan gerak kita menuju sumber cahaya mentari. akar kita telah mengambil kehidupan dari percikan surga ini yang kita panggil indonesiaku.

sebentar lagi kita menjadi sebuah pohon, mungkin di belahan sana saudara kita telah menjadi pohon yang kokoh dan rimbun dimana ia selalu melindungi bangsa ini dari kerasnya dunia, tapi mungkin juga di tengah kota sana tumbuh belukar dan parasit yang akan merusak kokohnya perjuangan para pendahulu saat memberikan fondasi negeri ini. menghancurkan segala yang ada. membiarkan kemerdekaan hanyalah cita-cita yang tergantung di dinding langit biru yang takkan mampu kita rangkul kecuali dalam buaian mimpi-mimpi kita. atau kemerdekaan hanya lah sebuah dongeng... yang hanya akan membuat kita mengangah karena mencoba menfantasikan cerita itu hingga tak sadar tetangga kita sakit karena tak hidup layak di negeri yang kaya ini. tapi aku lebih takut tunas yang menjelma parasit atau duri itu adalah satu dintara kita.

zaman berubah....
kita tak lagi merangkul bambu runcing.. seperti para heroik kita menggenggamnya dengan penuh keberanian. tapi bukan berarti perjuangan ini telah berakhir. karena goresan pena diatas kertas persetujuan kontrak telah banyak menjual diri kita pada para penjajah moderen itu.

ribuan lembar merah putih berkibar di tiap tiang-tiang di penjuru sudut negeri ini. terlalu banyak hingga ku putuskan tuk tak menaikkan nya di halamanku. tapi sumpah demi yang membuat kuberpijak di hamparan lembut kulitmu, aku akan mati untuk setiap yang merusakmu, indonesiaku

>>>>................................<<<<&

"ah.... bilang saja,kalau kau tak mampu membeli selmbar bendera tuk negerimu ini, tidak usah ribut begitu ngomongnya." selah ari pada daus, ketika ia melihat daus mengakhiri membaca tulisannya itu..

"ahhh.. kau ini ari.... nda menangkap pesan dari tulisak ku tadi yah...??? hanya bagian akhirnya saja kau perhatikan..." respon daus kesal, sambil melemparkan bantal guling ke muka ari yang sedang baring di atas kasur di depan televisi.

"hahahahaaaaa...... kau juga sih.. orang mau tidur, pergi berisik di sini...." jawab ari mencoba membela diri.

"aku suka itu tulisan mu, daus." kata helmi menyelah kawannya, ketika memasuki kamar itu dengan menenteng dua gelas kopi di tangannya.

"kecuali yang teakhir. peryataanmu tentang patritisme mu, tentang jiwa nasionalisme mu, menurutku itu lah yang menghancurkan tatanan dunia. dimana jika setiap negara akan menghancurkan yang lain untuk dirinya, itulah nasionalisme. seharusnya dunia ini dipimpin oleh aturan tuhan" tambahnya lagi


"aku tak ingin berdebat dengan mu tentang konsepmu tentang pemerintahan mu itu, tapi yang ingin saya katakan kecintaan pada negara ,sifat nasionalisme, patriotisme adalah sebuah kemuliaan selama ia bukan menjadi jebakan ego yang hanya lebih besar dari ego individu....."

"apakah salah orang rela mati untuk dirinya, untuk keluarganya, untuk negaranya? bagi ku tidak selama semua itu bukan berlandaskan ego... karena kalau sesuatu berandaskan ego, bagiku walaupun itu membela agama dengan dasar ego adalah sebuah keburukan kemanusian... karena kau akan melihat mereka meneriaakan asma agung yang sama, membaca kitab yang sama  dan saling membantai dan menghabisi."

disini..... di dada ini telah berkibar merah putih ku
dielus helaan nafas ku..
bukan di ujung tiang ego ku ikat
tapi ini amanat dari langit

bila tak mampu menjaga dalam batas negeri ini
mana mungkin yang diatas  memberimu amanat dunia ini
jika dunia dalam tatanan adil masih jauh dari umur yang tersisa
sebarkanlah benih keadilan illahi di negeri ini tuk menyambutnya

suatu masa
tunas kan tegakkan pohon
menaunggi segala yang ada
hingga semua merasa aman

suatu waktu nanti
benih akan meletup
hingga jalanan ramai
dan dentuman revolusi meledak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar